tag:blogger.com,1999:blog-6877230.post300218308968085344..comments2023-10-21T22:56:12.127+07:00Comments on view of the world: Perbandingan Piala Thomas & Uber dengan PONUnknownnoreply@blogger.comBlogger2125tag:blogger.com,1999:blog-6877230.post-57929801360502278452008-05-18T04:59:00.000+07:002008-05-18T04:59:00.000+07:00Terima kasih atas infonya mas Agus. Kalau bicara "...Terima kasih atas infonya mas Agus. Kalau bicara "nilai jual", apa sih jaman sekarang yg gak bisa dikemas sedemikian rupa agar bisa dijual? Poin saya adalah supaya ada ahli marketing dari media TV yg terjun utk mampu menyulap event PON agar mau ditonton publik. Mungkin tidak perlu terlalu banyak tekanan ke event2 tidak populer seperti panahan, bridge, tapi bisa ke sepakbola, basket atau yg lain... <BR/><BR/>Ingat kasus seperti Liga Indonesia yg sempat sama sekali tidak populer, tiba2 karena kemasan stasiun TV yg baik bisa kembali gegap gempita. Atau tennis yg sedikit sekali penggemarnya disini, tapi secara konsisten muncul beritanya di berita2 olahraga di TV kita, artinya bernilai jual juga...Web Adminhttps://www.blogger.com/profile/00195371055692296786noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6877230.post-43378766237061949272008-05-17T15:20:00.000+07:002008-05-17T15:20:00.000+07:00kalau menurut hemat saya bukan karena nekad. tp me...kalau menurut hemat saya bukan karena nekad. tp memang pak Chairul Tanjung pemilik TransTV dan Trans7 merupakan ketua PBSI. Kalau PON di Kaltim saya rasa memang karena PON sendiri tidak memiliki 'nilai jual'. Pihak TV mungkin sudah berhitung kira2 siapa yang akan mensponsori slot diTV. Ujung2nya duit juga. just my 2 centsAnonymousnoreply@blogger.com