Khusyu' dalam Islam

Tidak gampang menjadi khusyu' dalam beribadah. Saya pun mencoba mencari beberapa informasi berkenaan dengan sikap khusyu' ini. Referensi yang saya dapat semua mengacup pada ke-khusyu'-an dalam sholat. Namun saya yakin khusyu' juga bisa berlaku dan diterapkan dalam ibadah lain serta kegiatan kehidupan lain. Semoga bermanfaat.

Khusyu' biasanya dimaksudkan dalam Sholat. Secara lughah (etimologi), khusyu' berarti rendah diri atau mendekati rendah diri. Menurut pengertian ini, khusyu' itu terdapat pada suara, penglihatan, ketenangan dan kerendahdirian. Sedangkan pengertian khusyu' menurut syara' (terminologi) adalah rendah diri. Rendah diri ini kadang-kadang berada dalam hati dan kadang-kadang berasal dari anggota tubuh seperti diam.



Allah berfirman: "Peliharalah segala shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’." (Al-Baqarah: 238). "Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’." (Al-Baqarah: 45).

Adapun dalil yang menguatkan bahwa khusyu' itu pekerjaan hati adalah hadis Ali RA, "Khusyu' itu berada dalam hati" (HR. Al-Hakim), hadis: "Sekiranya sanubari hati orang ini khusyu, niscaya anggota tubuhnya menjadi khusyu", dan hadis do'a mohon perlindungan: "....dan aku mohon perlindungan kepada-Mu dari sanubari hati yang tidak khusyu."

Apakah khusyu' dalam salat itu wajib? Dalam masalah ini, ulama berbeda pendapat. Menurut Al-Ghozali khusyu' itu wajib. Beliau menguraikan argumentasinya secara panjang lebar -untuk menguatkan pendapatnya- dalam kitab 'Ihyaa' Ulumuddin'. Akan tetapi, menurut Jumhur Ulama', khusyu' itu tidak wajib. Bahkan, Imam An-Nawawi mengklaim adanya Ijma' yang tidak mewajibkan khusyu'.

Rasulullah SAW bersabda: "Lima sholat yang diwajibkan oleh Allah, barang siapa memperbaiki wudlunya dan melaksanakan sholat pada waktunya, menyempurnakan ruku'nya dan kekhusyu'annya, maka ia mendapatkan janji Allah untuk mengampuninya. Barang siapa tidak melakukan itu, maka ia tidak mendapatkan janji Allah, kalau Allah berkehendak maka mengampuninya, kalau Allah berkehendak maka akan menyiksanya." (HR Abu Dawud – sahih)

Dari Anas RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Apabila hidangan makan malam telah disiapkan, maka mulailah menyantap makanan itu sebelum anda salat Maghrib." (HR Bukhari dan Muslim).
Hadis tersebut menurut Jumhur Ulama' menunjukkan sunnahnya mendahulukan makan malam atas salat. Karena, hal itu akan bisa mengarahkan seseorang berkonsentrasi dalam salatnya. Bahkan, menurut ulama yang lain, agar sanubari hati itu tidak tergoda dengan makanan yang sudah tersediakan tersebut. Namun kesunnahan seperti itu dilakukan apabila waktu salat masing panjang. Namun, jika waktu salat tinggal sedikit, maka menurut Jumhur Ulama', dia mendahulukan salat atas makan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga waktu salat agar tidak lewat.

Kemudian dari Aisyah RA berkata, "Saya bertanya kepada Rasulullah SAW tentang menoleh dalam salat?" Kemudian Rasul SAW menjawab: "Menoleh itu adalah suatu keteledoran seseorang akibat ulah syetan dalam salat seorang hamba." (HR Al-Bukhari).

Menurut riwayat At-Tirmidzi dan menshahihkannya: "Janganlah anda menoleh dalam salat, karena itu adalah kebinasaan (dalam agama). Apabila anda harus melakukannya, maka lakukanlah dalam salat sunnah". Seseorang yang sedang melakukan salat, dimakruhkan menoleh ke kanan dan ke kiri. Karena pada dasarnya, dia sedang menghadap Tuhannya. Sementara itu, syetan selalu mengintip dan mencari-cari kelengahan orang itu. Jika seseorang dalam salatnya menoleh ke kiri dan ke kanan, berarti dia telah masuk perangkap syetan.

Menurut Jumhur Ulama', menoleh itu dimakruhkan, karena bisa mengurangi khusyu' salat. Namun, apabila menolehnya itu sampai memalingkan dadanya atau seluruh lehernya dari kiblat, maka hal itu bukan lagi makruh, melainkan bisa membatalkan salat. Hal ini berdasarkan pada hadis Abu Dzar, "Allah SWT selalu menghadap kepada seorang hamba dalam salatnya, selama dia tidak menoleh, apabila dia memalingkan wajahnya, maka Allah pun 'pergi'." (HR Abu Dawud dan an- Nasa'i).

Ada banyak cara menuju kekhusyu'an dalam sholat, diantaranya dengan mengingat kematian saat sholat. Rasulullah SAW pernah bersabda: "Ingatlah mati saat kamu sholat, sesungguhnya seseorang yang ingat mati saat sholat maka ia akan memperbaiki sholatnya, dan sholatlah seperti sholatnya orang yang mengira itu sholatnya yang terakhir" (HR Dailami: sahih). Rasul juga pernah berpesan kepada Abu Ayub RA, "Sholatlah seperti sholatnya orang yang pamitan" (HR Ahmad: sahih).

Samarinda, Ramadhan 1431 H

Sumber:
Tagtag.com
Pesantrenvirtual.com

Posting Komentar

1 Komentar

Susilowati Usi mengatakan…
artikelnya sangat informatif buat saya, karena kadang kalau lagi sholat saya selalu tergoda melirik anak-anak saya yang masih balita jempalitan di sekitar saya... wahh, termasuk belum khusyu' nih sholat saya. terima kasih Pak, jadi menambah wawasan saya.