Jusuf SK, Calon Gubernur Kaltim Terbaik?

Ini tulisan ketiga saya berkenaan dengan Cagub Kaltim. Biasanya saya tidak terlalu bergairah berdiskusi masalah seperti ini. Namun kali ini entah kenapa saya lebih tertarik untuk ikut sumbang pemikiran. Kemungkinan besar karena begitu muaknya saya dengan rendahnya "kualitas" kehidupan di tempat tinggal saya ini. Provinsi dengan kekayaan alam yang luar biasa ini (dengan penduduk hanya 2,5 juta) harusnya sudah bisa memiliki kualitas yang paling tidak setara Brunei atau bahkan Singapura, tapi sekarang hanya bisa mencapai taraf sekelas negara Kamboja.

Saya yakin sepenuhnya bahwa hal ini terjadi karena pemimpin daerah ini tidak memiliki kualitas yang cukup untuk memajukan Kaltim. Untuk itu saya mencoba membuat beberapa kriteria versi saya untuk memilih cagub yang kira-kira bisa membawa Kaltim kearah lebih baik. Lihat tulisan saya sebelumnya (satu, dua). Kali ini saya ikut senang karena salah satu calon yang berdasar kriteria saya memiliki score paling tinggi, ternyata lolos untuk maju ke tahap akhir pemilihan langsung 2 bulan lagi. Namanya Jusuf SK (atau Yusuf SK?), seorang dokter yang sukses memimpin sebuah rumah sakit, kemudian menjadi Walikota di sebuah kota di ujung utara Kaltim yang dia mimpikan menjadi Singapura kecil :-)

Saya tidak punya kepentingan politik apapun, saya hanya rakyat biasa. Namun di hati kecil saya tumbuh harapan bahwa daerah saya akan dipimpin oleh pemimpin yang jelas punya kadar intelektualitas dan kualitas leadership yang benar-benar bagus, bukan sekedar politisi kacangan yang lebih banyak mirip preman jalanan. Siapapun dia...

Posting Komentar

12 Komentar

Anonim mengatakan…
harus lebih berhati-hati dan lebih jernih dalam melihat calon pemimpin... bisa jadi hijau tak selalu hijau, putih tak selalu putih..
Web Admin mengatakan…
saat ini kita tdk punya kemewahan untuk memilih dalam suatu sistem pemilihan yg betul2 transparan dan bersahabat dg rakyat. juga tdk punya kemewahan hidup dalam masyarakat yang cerdas dan bisa jernih memilih pimpinannya. dlm segala keterbatasan itu, saya sudah sangat senang bisa mempunyai sedikit harapan... harapan utk anak cucu saya agar mereka bisa hidup lebih baik...
Unknown mengatakan…
Dari segala cerita yang pernah saya dengar sejak 2002 dari teman2 dan kolega di Surabaya dan Jakarta. Calon terpilih dari Golkar ini memang layak dipilih oleh Golkar.

Kampus ITS pernah disentuhnya dan sebuah fakultas menjadi lebih baik lingkungannya karena sentuhan dokter yang juga walikota.

Pengusaha yang mempunyai solusi produk yang baik untuk daerah bukan diperas ketika presentasi, tapi malah difasilitasi.
Yusuf Arif Setiawan mengatakan…
Pernah baca Kaltim Post edisi keberapa lupa saya. Katanya beliau cukup memakai kijang krista untuk mobil dinasnya. Padahal setahu kita hampir semua Pemimpin / Pejabat teras Kaltim hampir semuanya menggunakan Toyota Land Cruiser. (benar tidaknya cerita diatas saya tidak tahu, mungkin yang warga Tarakan tahu persis gaya hidup belia).

Sedih ni ga bisa ikut pilkadal di Kaltim.
Anonim mengatakan…
Bangun pagi itu yang paling sip sikat gigi dulu, munum air putih banyak-banyak, ambil koran di teras, bawa nongkrong di kamar kecil sambil baca headline, mandi, berangkat kerja. singgah di warung kopi. Barulah buka topic. Siapa tahu yang lain baca berita di koran yang berbeda. Jadi enak buat ngobrol sambil ngopi.
mas-samad mengatakan…
kalau pak Yusuf SK kota tarakan dijadikan tolak ukur keberhasilanya, saya katakan belum!!!, kota tarakan tidak lebih besar dari kota bontang.
Web Admin mengatakan…
memang sangat relatif menilai hal2 seperti "keberhasilan" seseorang dalam bekerja, apalagi kita tidak punya standard yang sama. namun saya hanya menilai berdasar kriteria2 yg saya buat, silahkan simak lagi tulisan saya. dari kriteria saya yg terbatas itu, hasilnya begini...

kalau pakai kriteria lain, seperti balikpapan lebih "maju" dari tarakan, atau "bontang lebih "besar" dari tarakan, dll, tentu saja hasilnya bisa lain.

anyway, berbeda pendapat adalah berkah bagi kita semua.
Tommy Bustomi mengatakan…
In My Humble Opinion sampai saat ini :

dr. Yusuf SK bersanding dengan Luther = (85 + 70) / 2 <=> 77.5,
Mr. Nusyirwan bersanding dengan Heru = (85 + 84 ) / 2 <=> 84.5

So ngana jagoin Nusyirwan-Heru :) :))
Web Admin mengatakan…
Kalau melibatkan cawagub, memang perhitungan bisa lain :-) Tapi kalau pola hubungan gub-wagub masih seperti jaman soeharto-sudharmono, peran cawagub bisa dikesampingkan. namun bila pola hubungan kerjanya seperti sby-kalla, maka peran cawagub bisa signifikan. masukan pak tommy sangat masuk akal :-)

namun scoring berdasar kriteria saya, jusuf lebih tinggi dikit dibanding pak nusyirwan :-)
tb mengatakan…
heheheheheh,

saya belum melihat JSK sebagai figur yang pas. Kalau dibilang terbaik dari sisi apa.
Banyak yang menonjolkan masalah pembangunan listrik. Yang perlu diingat membangun listrik di Tarakan beda dengan membangun listrik se Kaltim.
Kemajuan pembangunan? apa tolok ukurnya?
Kesederhanaan? Siapa yang pernah tahu?
Web Admin mengatakan…
bang tunggul, masukannya boleh juga... saya hanya menimbang dr aspek yg sangat sederhana, hal lain masih banyak...

dr sisi kesederhanaan, silahkan cek langsung deh... subyektif kalo saya yg comment :-)

kalo listrik, mungkin benar juga, tapi silahkan juga lihat hal lain yg coba dia terapkan dlm skala kecil di tarakan (pendidikan, IT, lingkungan). tapi jangan lihat dr skala besarannya, lihat dr sisi ide dasar dan paradigma ybs melakukannya.
Kamal mengatakan…
Salut kepada Saudara yang telah memilih sosok Calon Gubernur dari Aspek yg sederhana.
Saya sangat sepakat dgn saudara, Bagi saya, sosok Jusuf SK sangat pantas diacungkan Jempol. Beliau sosok pemimpin yg sederhana dan Familiar. Ini dibuktikan dgn fasilitas yg digunakan selama menjdi kepala daerah. Benar sekali kalau Pak Jusuf SK menggunakan Toyota Kijang Krista. Rumah beliau (pribadi) sangat sederhana. Rumah Kepala Dinas masih bagus ketimbang rumah beliau.
Beliau juga Familiar, tegur sapanya sangat menyenangkan sehingga warga Tarakan merasa ada kekeluargaan yg terjalin.
Pengalaman, saya pernah melihat beliau mengantongi bungkusan permen yg telah dikunyah. Beliau tdk membuang bungkusan itu sembarangan. Dia mencari bak sampah untuk membuang bungkusan permen tadi.
Kesimpulan saya, memilih Pemimpin itu cukup kecerdasan Intelektual dan Emosional. Kesederhanaan dan Kesopanan yg dituangkan dlm aktifitas keseharian.
Nanti dululah persoalan yang GEDE kalau persoalan buang sampah blm beres...